Sabtu, 29 Mei 2010

jurnal distribusi | jurnal ekonomi new | efisien penelitian bandeng

SALURAN DISTRIBUSI PADA USAHA BANDENG PRESTO BU SARJU DI KELURAHAN TAMBAKREJO KEC GAYAMSARI SEMARANG
1. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya, setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang sering ditetapkan oleh perusahaan adalah pencapaian laba yang optimal. Adanya laba memungkinkan perusahaan untuk dapat terus beroperasi sehingga kontinuitas perusahaan diharapkan dapat tercapai. Usaha untuk mencapai laba yang optimal ini tentunya tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan pemasaran yang baik dan tepat. Kegiatan pemasaran yang baik dan tepat akan membantu perusahaan menghadapi persaingan dunia usaha yang makin hari dirasa semakin ketat.
Sebagai salah satu kegiatan pemasaran, penjualan mempunyai peranan yang sangat penting, karena tanpa adanya kemampuan menjual, kelangsungan hidup perusahaan tidak dapat dijamin. Sebaliknya, bila suatu perusahaan mampu meningkatkan volume penjualannya, perusahaan akan mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Meningkatnya keuntungan berarti selangkah lebih maju pada terealisasinya pencapaian laba optimal.
Dalam usahanya meningkatkan volume penjualan, selain penerapan kebijakan produk, harga jual, promosi dan sebagainya, perusahaan dapat pula menentukan kebijakan saluran distribusi. Saluran distribusi memungkinkan perusahaan menyampaikan produk atau jasa yang dihasilkannya pada konsumen, sehingga kebutuhan konsumen akan produk atau jasa tersebut dapat segera terpenuhi. Selain menjamin kelancaran arus distribusi, saluran distribusi yang baik akan memberikan dua keuntungan lain bagi konsumen. Pertama, konsumen dapat memperoleh guna waktu (time utility), karena barang dapat segera diperoleh pada saat yang tepat. Kedua, guna tempat (place utility), karena konsumen dapat memperoleh barang secara mudah ditempat yang diinginkan.
Agar dapat membantu kelancaran arus distribusi barang, perusahaan dapat melibatkan berbagai anggota saluran distribusi yang ada, diantaranya agen, pedagang besar, pedagang eceran, dan sebagainya. Masing-masing anggota saluran distribusi ini mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda, tergantung pada kegiatan yang dilakukannya. Penentuan jumlah penyalur yang tepat juga termasuk salah satu dalam penentuan kebijakan saluran distribusi.
Menurut Radiosunu (1986), penentuan saluran distribusi merupakan salah satu diantara keputusan manajemen yang paling penting dibidang pemasaran, karena saluran yang dipilih sangat mempengaruhi setiap keputusan lain dibidang pemasaran. Demikian pentingnya saluran distribusi, maka perusahaan dituntut untuk dapat membuat keputusan yang tepat tentang saluran distribusi yang dipilih untuk digunakan.
Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaaan, perusahaan harus dapat terus meningkatkan keuntungan. Hal ini tentunya juga dirasakan oleh usaha Bandeng Presto Bu Sarju di Kelurahan Tambakrejo Kec Gayamsari Semarang. Ketatnya persaingan menyebabkan pebisnis harus berusaha lebih keras lagi untuk dapat menaikkan volume penjualannya, dan berusaha mengambil keputusan dalam masalah saluran distribusi secara tepat yang akan membantu perusahaan dalam mempertahankan kontinuitas usaha dan mencapai tujuan.
Jika volume penjualan perusahaan terus mengalami penurunan, maka laba yang diperoleh juga akan mengalami penurunan. Padahal apabila tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba, maka pemilihan saluran distribusi harus didasarkan pada estimasi tingkat penghasilan yang dapat menutup tingkat investasi kapital. Jadi keputusan tentang investasi juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan saluran distribusi (Basu Swastha, 1970).
Setiap alternatif saluran distribusi akan membuat tingkat penjualan, biaya, dan laba yang berbeda-beda. Karenanya industri juga harus mampu menentukan saluran distribusi yang menghasilkan ROI (Return of Investment) yang paling besar, agar perusahaan dapat memaksimalkan laba.
Sebab jika kondisi laba yang diperoleh mengalami penurunan dibiarkan terus akan mengancam kelangsungan hidup usaha perusahaan, karena bukan tidak mungkin perusahaan akan mengalami kerugian.


2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menentukan saluran distribusi yang paling efisien agar produk dapat terdistribusi secara cepat dan dapat menjangkau daerah pemasaran yang luas sehingga dapat meningkatkan volume penjualan serta laba yang besar.
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan saluran distribusi pada usaha Bandeng Presto Bu Sarju di Kelurahan Tambakrejo Kec Gayamsari Semarang
2) Mengidentifikasikan saluran distribusi yang mempunyai tingkat Return of Investment yang paling tinggi.
3.2. Kegunaan Penelitian
1) Bagi pengusaha sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan saluran distribusi di masa yang akan dating
.
4. Tinjauan Pustaka
Landasan Teori
Di dalam saluran distribusi, ada unsur yang cukup penting. Unsur tersebut adalah lembaga yang bertindak sebagai penghubung antara produsen dengan pasar yang memudahkan suatu produk untuk dinikmati kegunaannya oleh pasar. Secara umum terdapat 2 golongan perantara pemasaran dalam saluran distribusi, yaitu: (Drs. Basu Swastha dan Irawan, 1990)
Perantara Pedagang
Perantara Agen
Perantara Pedagang
Perantara pedagang (merchant middlemen) yaitu perantara pedagang yang bertanggung jawab terhadap kepemilikan semua barang yang dipasarkannya. Istilah pedagang disini digunakan untuk memberikan gambaran bahwa usahanya mempunyai hubungan yang erat dengan kepemilikan barang. Tetapi kegiatan perantara ini berbeda dengan lembaga-lembaga lain seperti bank, perusahaan asuransi dan perusahaan angkutan. Sebab walaupun lembaga-lembaga tersebut ikut membantu proses pemasaran, tetapi tidak secara aktif terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan.
Adapun lembaga-lembaga yang termasuk dalam perantara pedagang ini adalah :
1. Pedagang besar (wholesaler)
Pedagang besar adalah sebuah unit yang membeli dan menjual barang-barang kembali kepada pengecer dan pedagang lain, atau pemakai industri, atau pemakai lembaga dan pemakai komersial yang tidak menjual dengan volume yang sama kepada konsumen akhir. (Drs. Basu Swastha, 1981)
Adapun ciri-ciri pedagang besar adalah sebagai berikut :
Mempunyai hak penuh atas barang yang ada padanya.
Dalam memperoleh barang dagangannya, pedagang besar membeli dari produsen, agen atau perwakilannya.
Dalam operasinya, pedagang besar menjual dalam jumlah yang relatif besar kepada pedagang lain.
Kedudukan pedagang besar dengan produsen terpisah sehingga resiko yang terjadi atas barang yang sudah dibeli oleh pedagang besar menjadi tanggung jawab pedagang besar.
Kedudukan yang terpisah dengan produsen ini mengakibatkan kerja sama dengan produsen kurang tepat.
Hanya melayani penjualan dalam jumlah besar sehingga tidak memerlukan advertensi dan penjualan agresif.
Pedagang besar dapat digolongkan menjadi :
Menurut fungsi yang dilakukan
Pedagang besar dengan servis penuh.
Bahwa mereka menjalankan semua fungsi yang ada, yang meliputi fungsi pembelian, penjualan, pembagian, pengangkutan, pembelanjaan, penyimpanan, penanggulangan resiko, serta informasi dan sarana manajemen.
Pedagang besar dengan fungsi terbatas
Mereka menjadi pedagang besar dengan fungsi terbatas karena beberapa fungsi atau servis yang semula mereka lakukan sekarang mereka tinggalkan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasi.
Menurut daerah yang dilayani
Pedagang besar nasional, yaitu pedagang besar yang melayani daerah operasi seluruh Indonesia.
Pedagang besar regional, yaitu pedagang besar yang melayani daerah operasi dalam 1 propinsi.
Pedagang besar lokal, yaitu pedagang besar yang melayani langganannya disatu kota atau satu daerah kabupaten.
2. Pengecer (retailer)
Pengecer meliputi semua kegiatan yang berhubungan secara langsung dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir unruk kepentingan pribadi. Namun demikian tidak menutup kemungkinan adanya penjualan secara langsung dengan para pemakai industri, karena tidak semua barang diindustri, selalu dibeli dalam jumlah yang besar.
Secara definitif dapat dikatakan bahwa pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha dengan menjual barang kepada konsumen akhir dengan keperluan non-bisnis. Pengecer dapat memberikan pelayanan kepada konsumen agar pembeliannya dapat dilakukan dengan cara yang semudah mungkin. Pengecer yang bertanggung jawab dalam menyediakan berbagai macam barang yang baik dengan harga yang layak.
Perantara Agen
Perantara agen digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu :
Agen penunjang
Agen penunjang merupakan agen yang mengkhususkan kegiatannya dalam beberapa aspek pemindahan barang dan jasa. Mereka terbagi dalam beberapa golongan, yaitu agen pengangkutan borongan (balk agent), agen penyimpanan (strorage agent), dan agen pembelian (purchase and sales agent).
Agen pelengkap
Agen pelengkap berfungsi melaksanakan jasa-jasa tambahan dan penyaluran barang dengan tujuan memperbaiki adanya kekurangan-kekurangan. Jasa-jasa yang dilaksanakan antara lain berupa jasa komunikasi, jasa finansial, informasi, dan jasa khusus lainnya. Apabila pedagang atau lembaga lain tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyaluran barang , maka dapat digantikan oleh agen pelengkap.

Bentuk-Bentuk Saluran Distribusi
Dalam memasarkan produknya, ada beberapa alternatif saluran distribusi yang dapat dipakai untuk mendistribusikan produk tersebut kepada konsumen. Alternatif tersebut didasarkan pada barang konsumsi dan barang industri. Dalam penyaluran barang-barang yang ditujukan untuk pasar konsumen biasa terdapat lima macam saluran distribusi, yaitu: (Drs. Basu Swastha dan Irawan, 1990)
Produsen à Konsumen
Bentuk saluran distribusi ini adalah letak saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pasar atau langsung mendatangi rumah konsumen.
Produsen à Pengecer à Konsumen
Saluran distribusi ini juga disebut saluran distribusi langsung. Disini pengecer besar langsung melakukan pembelian pada produsen. Beberapa produsen mendirikan toko pengecer sehingga dapat langsung melayani konsumen.
Produsen à Pedagang Besar à Pengecer à Konsumen
Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer.

Produsen à Agen à Pengecer à Konsumen
Disini, produsen memilih agen sebagai penyalur. Agen menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan pada para pengecer besar. Kemudian pengecer menjualnya kepada konsumen akhir.
Produsen à Agen à Pedagang Besar à Pengecer à Konsumen
Dalam saluran distribusi ini, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya pada pedagang besar yang kemudian menjualnya pada toko-toko pengecer. Agen yang terlibat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.
Menentukan Jumlah Perantara
Setelah menentukan saluran distribusi yang akan dipakai, perusahaan perlu menentukan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer.
Alasan Menggunakan Perantara
Selama suatu lembaga atau perusahaan itu menawarkan barang atau jasa, masalah industri ini tidak dapat dipisahkan. Kegiatan distribusi selalu dilakukan meskipun tidak menggunakan perantara. Jadi, kegiatan distribusinya langsung diarahkan oleh produsen kepada konsumennya. Namun tidak jarang para perantara itu digunakan oleh produsen untuk mendistribusikan hasil produksinya kepada pembali akhir., Dasar penggunaan saluran distribusi adalah untuk menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Produsen dapat mengharapkan kerjasama dalam saluran distribusi akan menciptakan hasil penjualan yang lebih meyakinkan sehingga volume penjualan semakin meningkat.
Dapat disebutkan disini bahwa penggunaan perantara mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : (Drs. Basu Swastha dan Irawan, 1990)
Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen. Produsen cukup menghubungi perantara untuk menyampaikan produknya kepada konsumen yang banyak. Ini dipandang lebih efisien.
Kegiatan distribusinya cukup baik bilamana perantara sudah memiliki pengalaman. Mereka dipandang lebih baik karena memang tugas yang dilakukan mereka hanyalah dibidang distribusi.
Perantara dapat membantu menyediakan peralatan dan jasa reparasi yang dibutuhkan untuk beberapa jenis produk tertentu, sehingga produsen tidak perlu menyediakannya.
Perantara dapat membantu dibidang pengangkutan dengan menyediakan alat-alat transport sehingga meringankan beban produsen maupun konsumen untuk mencarinya.
Perantara dapat membantu dibidang penyimpanan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti gudang atau fasilitas penyimpanan lainnya sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh konsumen, maka dapat memenuhinya.
Perantara dapat membantu dibidang keuangan dengan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara kredit kepada pembeli akhir, atau untuk melakukan pembelian tunai kepada produsen.
Keuntungan lain yang dapat diharapkan oleh produsen dari perantara ini adalah :
Membantu dalam pencarian konsumen.
Membantu dalam kegiatan promosi.
Membantu dalam penyediaan informasi.
Membantu dalam pengepakan dan pembungkusan.
Membantu dalam penyortiran.




Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran Distribusi
Dalam menentukan saluran distribusi yang digunakan, produsen harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh dalam pemilihan suatu saluran distribusi. Menurut Drs Basu Swastha dan Irawan (1990), faktor-faktor tersebut antara lain adalah :



Pertimbangan pasar
Karena saluran distribusi dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka keadaan pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran distribusi. Beberapa faktor pasar yang harus diperhatikan adalah :
Pasar konsumen atau pasar industri
Apabila pasarnya berupa pasar konsumen maka perusahaan akan menggunakan lebih dari 1 saluran dan sebaliknya untuk pasar industri jarang digunakan saluran.
Jumlah pembeli potensial
Jika jumlah konsumen relatif kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat menggunakan penjualan secara langsung kepada konsumen.
Konsentrasi pasar secara geografis
Secara geografis, pasar dapat dibagi menjadi beberapa konsentrasi seperti industri tekstil, kertas, dan sebagainya. Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.
Jumlah pesanan
Jika volume yang dibeli oleh pemakai industri relatif kecil,maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.
Pertimbangan barang
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini adalah :
Nilai unit
Jika nilai dari barang yang dijual relatif rendah maka produsen cenderung untuk menggunakan saluran distribusi yang panjang. Sebaliknya jika nilai unit relatif tinggi, maka saluran distribusinya langsung.
Besar dan berat barang
Apabila ongkos angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai produk secara total, sehingga terdapat beban yang berat bagi perusahaan maka sebagian beban tersebut dialihkan kepada perantara.Mudah rusaknya barang
Jika barang yang dijual mudah rusak, maka perusahaan tidak perlu menggunakan perantara. Jika ingin menggunakan perantara maka harus dipilih yang memiliki fasilitas penyimpanan yang cukup baik.
Sifat teknis
Untuk jenis barang industri seperti instalasi, bahan baku dan peralatan lainnya, biasanya disalurkan secara langsung pada pemakai industri. Dalam hal ini produsen atau penyedianya harus mempunyai penjual yang dapat menerangkan masalah teknis penggunaan dan pemeliharaan serta memberikan servis yang baik sebelum maupun sesudah penjualan.
Barang standar dan pesanan
Jika barang yang dijual berupa barang standar maka dipelihara sejumlah persediaan pada penyalur. Sebaliknya, jika barang yang dijual berdasarkan pesanan maka penyalur tidak perlu memelihara persediaan.
Luasnya produk line
Jika perusahaan hanya membuat satu macam barang, maka penggunaan pedagang besar sebagai penyalur adalah baik. Tetapi jika macam barangnya banyak maka perusahaan dapat menjual langsung pada pengecer.
Pertimbangan perusahaan
Dari segi perusahaan, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan yaitu :
Sumber pembelanjaan
Perusahaan yang kuat dari segi keuangannya, kebanyakan menggunakan saluran distribusi pendek atau langsung. Sedangkan perusahaan yang tidak memiliki keuangan yang kuat akan cenderung menggunakan saluran distribusi yang panjang.
Pengalaman dan kemampuan manajemen
Biasanya perusahaan yang menjual produk baru atau ingin menguasai pasar baru lebih suka menggunakan perantara. Hal ini umumnya karena perantara sudah berpengalaman, sehingga manajemen dapat mengambil pelajaran dari mereka.
Pengawasan perantara
Dengan pengawasan atau saluran distribusinya, perhatian lebih agresif dalam menjaga persediaan barangnya dan dapat mengawasi harga eceran barangnya.
Pelayanan yang diberikan oleh penjual
Jika produsen mau memberikan pelayanan yang lebih baik, maka lebih baik banyak perantara yang bersedia menjadi penyalurnya.
Pertimbangan perantara
Dari segi perantara, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
Pelayanan yang diberikan oleh perantara
Perantara dengan pelayanan yang lebih baik dipilih oleh perusahaan sebagai penyalur.
Kegunaan perantara
Perantara yang dapat mendistribusikan barang dengan baik dan selalu mempunyai inisiatif untuk kemajuan perusahaan yang akan dipilih oleh perusahaan sebagai penyalur.
Sikap perantara terhadap kebijaksanaan produsen
Perantara yang mau menerima kebijaksanaan dari produsen yang akan dipilih oleh perusahaan, karena hal ini akan mengurangi tanggung jawab produsen dalam menghadapi berbagai resiko.
Volume penjualan
Produsen akan lebih cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan barangnya dalam volume yang lebih besar untuk jangka waktu yang lama.
Biaya
Jika biaya dalam penyaluran barang dapat lebih ringan dengan digunakannya perantara, maka hal ini dapat digunakan terus.
Prosedur Menentukan Saluran Distribusi
Memilih dan menentukan saluran distribusi merupakan kegiatan lebih lanjut setelah produk selesai dibuat. Namun demikian, memilih dan menentukan saluran distribusi bukanlah pekerjaan yang mudah. Dalam prosedur menentukan saluran distribusi, pengusaha akan dihadapkan pada berbagai pertanyaan seperti: lembaga distribusi apa yang akan digunakan, berapa banyaknya, dan berbagai pertanyaan lainnya.
Menurut Soehadi Sigit (1980) prosedur menentukan saluran distribusi umumnya adalah sebagai berikut :
Melakukan analisis terhadap produk yang akan dipasarkan untuk menetukan sifat-sifat dan gunanya.
Menetukan sifat-sifat produk dan luasnya pasar.
Meninjau saluran-saluran distribusi yang sudah ada atau yang mungkin dapat digunakan.
Menilai masing-masing saluran distribusi dari sudut potensi penjual, biaya yang layak dan laba yang wajar.
Melakukan market survey untuk mengetahui pendapat pembeli dan perantara mengenai saluran distribusi yang digunakan oleh para pesaing.
Menetukan sifat-sifat dan luasnya kerjasama antara manufaktur dengan saluran-saluran distribusi yang akan digunakan.
Merumuskan bantuan-bantuan apa yang dapat diberikan oleh manufaktur kepada penyalur-penyalur.
Melakukan penilaian secara kontinyu terhadap saluran distribusi yang telah digunakan, mengingat adanya perkembangan-perkembangan pasar.

Hipotesis
Hiotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya. Dia akan diterima jika bahan-bahan penyelidikan membenarkan pernyataan itu dan akan ditolak jika kenyataan menyangkalnya (Sutrisna Hadi, 1996)
Maka berdasarkan pokok permasalahan dan tujuan penelitian diatas, hipotesisnya :
Saluran distribusi Produsen à Agen à Konsumen merupakan saluran distribusi yang paling efisien.
Saluran distribusi Produsen à Agen à Konsumen memiliki tingkat return of investment (ROI) yang paling tinggi.

Metode Penelitian
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini maka akan didapat beberapa variabel penelitian. Adapun variabel-variabel penelitian tersebut adalah :
Variabel Terikat
Efisiensi saluran distribusi
Variabel Bebas
Volume penjualan perusahaan
Biaya distribusi perusahaan
Definisi operasional
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor unsur yang ada atau muncul dipengaruhi oleh adanya variabel besar, (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1998). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah :
Variabel tingkat efisiensi saluran distribusi
Tingkat efisiensi distribusi dan tingkat ROI yang tinggi dapat diartikan sebagai tingkat efisiensi saluran distribusi perusahaan, yang diukur dengan perbandingan volume penjualan dan biaya distribusi perusahaan.
Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau unsur lain.



Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah :
Volume penjualan
Volume penjualan adalah tingkat penjualan perusahaan selama 3 thaun terakhir.
Biaya distribusi
Biaya distribusi adalah semua biaya yang harus ditanggung perusahaan dalam suatu saluran distribusi. Dalam penelitian ini biaya distribusi dihitung setiap saluran distribusi. Biaya distribusi merupakan biaya pengiriman dan biaya berlangganan biro jasa ekspedisi pengiriman.
Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan distribusi yang dilakukan perusahaan sejak perusahaan itu berdiri hingga sekarang. Sedangkan sampelnya diambil dari kegiatan serta hasil penjualan selama 3 tahun terakhir.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya tanpa pihak lain. Dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.
b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan secara tidak langsung. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
Data penjualan perusahaan selama 3 tahun terakhir;
Data biaya distribusi perusahaan selama 3 tahun terakhir;
Gambaran umum perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data disesuaikan dengan keadaan dan kondisi objek penelitian. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
Inerview, yaitu mengadakan wawancara langsung dengan objek penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan
Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan sacara langsung terhadap objek yang diteliti.
Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan keterangan dari referensi, dan sumber informasi yang relevan dengan penelitian.
Metode Analisis
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah berhasil dikumpulkan perlu dianalisis. Adapun proses analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis Efisiensi Distribusi Produk dan Uji Beda Rata-Rata Tingkat Efisiensi Distribusi Produk
· Analisis Efisiensi Distribusi Produk
Menurut J. Supranto (1993) penentuan efisiensi saluran distribusi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus prosentase antara biaya distribusi terhadap hasil penjualan. Untuk menghitung rata-rata tingkat efisiensi distribusi produk maka dilakukan perbandingan antara hasil penjualan (output) dengan biaya distribusi (input) (Sarwoto,1990).
· Analisis Uji Beda Rata-Rata Tingkat Efisiensi Distribusi Produk
Setelah rata-rata tingkat efisiensi distribusi produk pada masing-masing daerah diketahui, maka dilakukan perbandingan serta diuji untuk membuktikan ada tidaknya perbedaab diantara daerah pemasaran tersebut, untuk itu disusun hipotesis sebagai berikut :
Ho: µ1 = µ2 ; berarti tidak ada perbedaan rata-rata tingkat efisiensi distribusi produk antar daerah pemasaran.
Hi: µ1 = µ2 ; berarti terdapat perbedaan rata-rata tingkat efisiensi ditribusi produk antar daerah pemasaran.








Sedangkan pada saat uji-t (Sudjana,1982) dirumuskan sebagai berikut :
………………………………………….(1)

dimana ……………….………………………(2)
…………………………….(3)
Keterangan:
X = rata-rata efisiensi
X1 = efisiensi
S2 = deviasi standar
n = jumlah sampel
Pengujian dilakukan dengan 2 arah, yaitu pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) dan derajat kebebasan (n1+n2-2).
6. Rencana Kegiatan


Kegiatan BULAN
1 1 2 2 3 3 4 4
1. Persiapan Penelitian dan Perijinan
2. Persiapan Instrumen & Pra Survei
3. Pengumpulan Data
4. Tabulasi & Analisis Data
5. Laporan dan Seminar







BIOGRAFI PENELITI

1. Nama Lengkap : Muhamad Sobirin
2. NIM : 071010093
3. FAK/PROGDI : Ekonomi/ Manajemen
4. Perguruan Tinggi : Universitas Wahid Hasyim Semarang
5. Waktu untuk Kegiatan : 5 jam/minggu


BIOGRAFI DOSEN PENDAMPING

1. Nama Lengkap : Drs Umar Chadiq, MM
2. NIP : 131636146
3. Golongan/Pangkat : IIIC/Asistanst Ahli
4. Jabatan Fungsional : Asistan Ahli
5. Jabatan Struktural
6. Fak/Progdi : Ekonomi/Manajemen
7. Perguruan Tinggi : Universitas Wahid Hasyim Semarang
8. Bidang Keahlian : Manajemen Pemasaran
9. Waktu untuk Kegiatan : 4 jam/minggu






















DAFTAR PUSTAKA

Guiltinan, Joseph dan Paul, Gordon, 1987, Cases In Marketing Management, New York, MsGraw-Hill Book Inc

Kotler, Philip, 1992, Manjemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian, Edisi keenam, jilid I, diterjemahkan oleh Jaka Wasana, Erlangga Jakarta

Kotler, Philip, 1994, Manjemen Pemasaran Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian, Edisi keenam, jilid II, diterjemahkan oleh Jaka Wasana, Erlangga Jakarta

Radiosunu, 1987, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian, jilid I, Erlangga Jakarta

Sigit, Soehardi, 1980, Marketing Praktis, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1998, Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta

Stanton, J. William, 1993, Prinsip Pemasaran, Jilid II, diterjemahkan oleh Drs Sadu Sudaru, Erlangga Jakarta

Swasta, Basu, 1981, Saluran Pemasaran, Edisi Pertama, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Swasta, Basu, 1996, Azas-Azas Marketing, Edisi Ketiga, Liberty, Yogyakarta
Swasta, Basu dan Irawan, 1997, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta



Tidak ada komentar: